Rachael Ray, Insting Tajam Bikin Kaya
A
A
A
NAMANYA masuk dalam daftar chef terkaya di dunia. Rachael Ray membuktikan bahwa minat yang dibarengi dengan kerja keras akan selalu berbuah manis. Perempuan kelahiran Glen Falls, New York, pada 25 Agustus 1968 ini adalah chef yang memiliki banyak program televisi.
Dia membawakan program gaya hidup bertajuk Rachael Ray, dan tiga seri Food Network yakni 30 Minute Meals, Rachael Ray’s Tasty Travels, dan $40 a Day 30.Program lainnya termasuk Rachael Ray’s Week In A Day dan reality show Rachael vs. Guy: Celebrity Cook-Off dan Rachael Ray’s Kids Cook-Off. Acara televisinya juga telah memenangi tiga Daytime Emmy Awards untuk kategori Best Outstanding Service Show dan Best Outstanding Talk Show. Bahkan, dia juga menjajal dunia akting dengan menjadi bintang tamu sebagai dirinya sendiri dalam program komedi bertema makanan, Young & Hungry di Entertainment Tonight.
Dia juga meluncurkan majalah Every Day with Rachael Ray pada 2006. Tak hanya itu, Rachael juga menulis lebih dari 25 buku masak. Seperti Rachael Ray’s Express Lane Meals (2006), Rachael Ray: Just In Time (2007), Yum-O! The Family Cookbook (2008), Rachael Ray’s Big Orange Book (2008), Rachael Ray’s Book Of 10: More Than 300 Recipes To Cook Every Day (2009), Rachael Rayís Look and Cook (2010), The Book of Burger (2012), My Year in Meals (2012 ), dan lain-lainnya.
Tak heran, dia kerap masuk dalam daftar koki terkaya di dunia bersama Jamie Oliver dan Gordon Ramsay. Jumlah kekayaan totalnya mencapai USD80 juta (Rp1,1 triliun). Namun, dikutip Huffington Post, Rachael mengaku tidak terlalu suka disebut chef atau koki karena dinilai kurang sopan.Dia lebih suka menggunakan kata “masak” untuk profesinya. Setelah berkecimpung di dunia masak-memasak selama 17 tahun dan wajahnya yang kerap menghiasi layar kaca di lebih dari dua ribu episode, Rachael pun mengungkapkan dirinya sudah kebal dengan berbagai kritikan yang ditujukan kepadanya.
“Apakah Anda disukai atau tidak, saya tidak pernah benar-benar peduli tentang itu. Saya mencintai diri sendiri karena saya melakukan pekerjaan sehari-hari yang jujur. Saya memiliki keluarga yang solid dan saya memiliki anjing pitbull serta suami yang baik. Saya tidak pernah menjadi orang yang memperhatikan ucapan ‘Aku benci Rachael Ray’, atau ‘orang ini mengatakan ini’, saya benar-benar tidak peduli,” tuturnya, dikutip People .
Dia menegaskan tidak pernah memperhatikan komentar negatif karena mereka bukanlah penonton yang dia pedulikan. “Saya tidak bekerja untuk orangorang itu. Saya bekerja untuk orang-orang yang membeli merek kami, untuk orang-orang yang saya mitrai di acara televisi dan berbagai hal. Kami saling menghormati,” katanya.
Insting dan kerja keras
Rachael mengungkapkan satu hal yang paling penting dalam hidupnya, yakni mempercayai insting. Hal ini pula yang dia lakukan saat awal terjun ke dunia masak memasak dan yang membawanya ke puncak ketenaran. Rachael juga dikenal sebagai pekerja keras. “Instingku membawaku berada di sini sekarang, dan itu tidak akan aku ubah,” ujarnya, dikutip New York Times.Sejak kecil, kehidupan Rachael memang sudah dipenuhi dengan “bau” masakan. Ibunya, Elsa Providenza Scuderi, mengelola restoran di Capital District, New York, termasuk restoran Howard Johnson di Lake George yang terletak di dekat bekas taman bermain Gaslight Village.
“Kenangan hidup pertama saya adalah menonton ibu saya di dapur restoran. Dia membalik sesuatu dengan spatula. Saya mencoba mengikutinya dan akhirnya jempol kanan saya terpanggang. Saya berusia 3 atau 4 tahun,” katanya.Dia yakin jika memasak sudah ada dalam hidupnya sejak dia lahir. “Semua orang di kedua sisi keluarga saya memasak,” katanya. Dikutip Food Network, tumbuh dalam keluarga yang mendalami tradisi kuliner, Rachael terpapar berbagai teknik memasak, dari kakek di pihak ibu serta ayahnya.
Keluarganya juga diketahui memiliki beberapa restoran di Cape Cod, Massachusetts, sebelum pindah ke bagian utara New York. Di sini sang ibu bekerja sebagai pengawas makanan untuk jaringan restoran. “Saya dikelilingi oleh semua gaya memasak yang berbeda dan bekerja di industri jasa makanan,” katanya.Pada awal usia dua puluhan atau sekitar tahun 1995, dia memutuskan pindah ke New York dan bekerja di pusat perbelanjaan Macy. Awalnya dia bekerja di bagian toko permen, lalu menjadi manajer Departemen Makanan Segar selama dua tahun. Setelah itu, dia membantu membuka Agata & Valentina, pasar gourmet New York yang bergengsi. Di sini dia menjadi manajer toko dan pembeli.
Dia juga mengelola Pub Mister Brown di The Sagamore, sebuah hotel di Lake George. Dari sana, ia menjadi buyer di Cowan & Lobel, pasar gourmet di Albany. Konsep acaranya, 30 Minute Meals, diambil dari pengalamannya bekerja di toko, yakni ketika dia bertemu orang-orang yang enggan untuk memasak. Dari sinilah instingnya bekerja dan dia bertekad mengajar kursus cara memasak dalam waktu kurang dari 30 menit. Acaranya pun banyak diminati, sampai akhirnya dia dilirik WRGB, afiliasi lokal CBS-TV yang memintanya tampil di segmen mingguan di siaran berita mereka.
Siaran ini juga bersamaan dengan siaran radio publik dan penerbitan buku pertamanya yang kemudian mengarah ke kontrak Food Network pertamanya pada tahun 2001 dan juga acara Today show. (Susi Susanti)
Dia membawakan program gaya hidup bertajuk Rachael Ray, dan tiga seri Food Network yakni 30 Minute Meals, Rachael Ray’s Tasty Travels, dan $40 a Day 30.Program lainnya termasuk Rachael Ray’s Week In A Day dan reality show Rachael vs. Guy: Celebrity Cook-Off dan Rachael Ray’s Kids Cook-Off. Acara televisinya juga telah memenangi tiga Daytime Emmy Awards untuk kategori Best Outstanding Service Show dan Best Outstanding Talk Show. Bahkan, dia juga menjajal dunia akting dengan menjadi bintang tamu sebagai dirinya sendiri dalam program komedi bertema makanan, Young & Hungry di Entertainment Tonight.
Dia juga meluncurkan majalah Every Day with Rachael Ray pada 2006. Tak hanya itu, Rachael juga menulis lebih dari 25 buku masak. Seperti Rachael Ray’s Express Lane Meals (2006), Rachael Ray: Just In Time (2007), Yum-O! The Family Cookbook (2008), Rachael Ray’s Big Orange Book (2008), Rachael Ray’s Book Of 10: More Than 300 Recipes To Cook Every Day (2009), Rachael Rayís Look and Cook (2010), The Book of Burger (2012), My Year in Meals (2012 ), dan lain-lainnya.
Tak heran, dia kerap masuk dalam daftar koki terkaya di dunia bersama Jamie Oliver dan Gordon Ramsay. Jumlah kekayaan totalnya mencapai USD80 juta (Rp1,1 triliun). Namun, dikutip Huffington Post, Rachael mengaku tidak terlalu suka disebut chef atau koki karena dinilai kurang sopan.Dia lebih suka menggunakan kata “masak” untuk profesinya. Setelah berkecimpung di dunia masak-memasak selama 17 tahun dan wajahnya yang kerap menghiasi layar kaca di lebih dari dua ribu episode, Rachael pun mengungkapkan dirinya sudah kebal dengan berbagai kritikan yang ditujukan kepadanya.
“Apakah Anda disukai atau tidak, saya tidak pernah benar-benar peduli tentang itu. Saya mencintai diri sendiri karena saya melakukan pekerjaan sehari-hari yang jujur. Saya memiliki keluarga yang solid dan saya memiliki anjing pitbull serta suami yang baik. Saya tidak pernah menjadi orang yang memperhatikan ucapan ‘Aku benci Rachael Ray’, atau ‘orang ini mengatakan ini’, saya benar-benar tidak peduli,” tuturnya, dikutip People .
Dia menegaskan tidak pernah memperhatikan komentar negatif karena mereka bukanlah penonton yang dia pedulikan. “Saya tidak bekerja untuk orangorang itu. Saya bekerja untuk orang-orang yang membeli merek kami, untuk orang-orang yang saya mitrai di acara televisi dan berbagai hal. Kami saling menghormati,” katanya.
Insting dan kerja keras
Rachael mengungkapkan satu hal yang paling penting dalam hidupnya, yakni mempercayai insting. Hal ini pula yang dia lakukan saat awal terjun ke dunia masak memasak dan yang membawanya ke puncak ketenaran. Rachael juga dikenal sebagai pekerja keras. “Instingku membawaku berada di sini sekarang, dan itu tidak akan aku ubah,” ujarnya, dikutip New York Times.Sejak kecil, kehidupan Rachael memang sudah dipenuhi dengan “bau” masakan. Ibunya, Elsa Providenza Scuderi, mengelola restoran di Capital District, New York, termasuk restoran Howard Johnson di Lake George yang terletak di dekat bekas taman bermain Gaslight Village.
“Kenangan hidup pertama saya adalah menonton ibu saya di dapur restoran. Dia membalik sesuatu dengan spatula. Saya mencoba mengikutinya dan akhirnya jempol kanan saya terpanggang. Saya berusia 3 atau 4 tahun,” katanya.Dia yakin jika memasak sudah ada dalam hidupnya sejak dia lahir. “Semua orang di kedua sisi keluarga saya memasak,” katanya. Dikutip Food Network, tumbuh dalam keluarga yang mendalami tradisi kuliner, Rachael terpapar berbagai teknik memasak, dari kakek di pihak ibu serta ayahnya.
Keluarganya juga diketahui memiliki beberapa restoran di Cape Cod, Massachusetts, sebelum pindah ke bagian utara New York. Di sini sang ibu bekerja sebagai pengawas makanan untuk jaringan restoran. “Saya dikelilingi oleh semua gaya memasak yang berbeda dan bekerja di industri jasa makanan,” katanya.Pada awal usia dua puluhan atau sekitar tahun 1995, dia memutuskan pindah ke New York dan bekerja di pusat perbelanjaan Macy. Awalnya dia bekerja di bagian toko permen, lalu menjadi manajer Departemen Makanan Segar selama dua tahun. Setelah itu, dia membantu membuka Agata & Valentina, pasar gourmet New York yang bergengsi. Di sini dia menjadi manajer toko dan pembeli.
Dia juga mengelola Pub Mister Brown di The Sagamore, sebuah hotel di Lake George. Dari sana, ia menjadi buyer di Cowan & Lobel, pasar gourmet di Albany. Konsep acaranya, 30 Minute Meals, diambil dari pengalamannya bekerja di toko, yakni ketika dia bertemu orang-orang yang enggan untuk memasak. Dari sinilah instingnya bekerja dan dia bertekad mengajar kursus cara memasak dalam waktu kurang dari 30 menit. Acaranya pun banyak diminati, sampai akhirnya dia dilirik WRGB, afiliasi lokal CBS-TV yang memintanya tampil di segmen mingguan di siaran berita mereka.
Siaran ini juga bersamaan dengan siaran radio publik dan penerbitan buku pertamanya yang kemudian mengarah ke kontrak Food Network pertamanya pada tahun 2001 dan juga acara Today show. (Susi Susanti)
(nfl)